Selasa, 08 Maret 2011

Nasib Perawat Di Indonesia II

Indonesia dengan penduduknya yang terbilang padat dan sebagai negara ke-3 dalam hal kepadatan populasi di dunia, tentu saja banyak memiliki permasalahan dalam hal sosial ekonomi. Sejak jaman Pemerintahan Orde Baru bahkan sampai saat ini masih banyak pengangguran di Indonesia.

Hal ini tentu saja salah satu faktor kesulitan untuk mencapai target Indonesia menjadi negara maju, dimana kemiskinan masih dapat kita temukan dimana-mana. Pengangguran bukanlah faktor yang disebabkan kurangnya tingkat pendidikan di Indonesia, Banyak rakyat Indonesia yang mengenyam bangku sekolahan ataupun perkuliahan, Namun lowongan kerja yang sebagai lahan bagi mereka merupakan faktor besar yang harus menjadi Perhatian pihak Pemerintah.

Selanjutnya adalah kompensasi kerja berupa gaji masih dianggap tidak memadai, sehingga membuat seseorang tetap bertahan dan memilih menunggu kesempatan kerja lainnya. Demikian ini adalah orang-orang yang tentu saja merasa telah menyelesaikan proses pendidikan sampai tingkat tinggi dengan biaya yang cukup besar namun kesulitan mencari pekerjaan yang sesuai baik gaji maupun pengetahuan yang mereka miliki.

Kita ambil saja sebagai contoh kecil di Bidang Keperawatan. Di berbagai daerah Indonesia saat ini banyak berkembang sekolah Keperawatan, baik swasta maupun Pemerintah. Tentu saja telah atau akan menghasilkan Perawat yang segera akan mencari pekerjaan sesuai bidangnya.

Saat ini banyak lulusan Perawat yang masih saja menganggur, mereka bukan saja tidak mendapatkan kesempatan bekerja di Pemerintah Indonesia tetapi di sektor swastapun mereka kesulitan untuk mencari pekerjaan.

Tidak heran diberbagai daerah seperti Jawa tengah dan Jawa timur yang konon merupakan daerah berkembang dangan pendapatan daerah yang memberikan sumbangan besar kepada pembangunan bangsa, masih ditemukan beberapa tenaga Perawat harus rela bekerja dengan menerima penghasilan jauh dari nilai Upah Minimum Regional (UMR).

Ini merupakan sebuah keterpurukan bagi mereka untuk mencapai kehidupan sejahtera dibidang ekonomi dengan pendapatan yang ada.

Bahkan ironisnya ada beberapa Perawat yang tidak ingin menyandang gelar "Pengangguran" dimana mereka berharap sebagai "Tenaga Honorer" dapat diprioritaskan menjadi pegawai negeri sipil (PNS), justru membayar pihak Rumah sakit ataupun Puskesmas setiap bulannya dengan kisaran Rp.75 ribu - Rp.200 ribu per bulan.

Sangat menyakitkan! Bukannya mereka mendapatkan gaji sesuai nilai UMR, bahkan tenaga dan keterampilan mereka tidak dihargai dengan pemberian uang honor. Sebaliknya mereka yang harus mengeluarkan uang untuk pihak tempat dimana mereka bekerja tersebut.

Mungkin ini adalah oknum yang mencari kesempatan didalam kesempitan, disaat seseorang butuh pekerjaan untuk penghidupan yang layak justru memiliki kewajiban pembayaran kepada mereka.

Profesi perawat yang dimata masyarakat cukup mulia ternyata tidak sama dengan upah atau gaji yang mereka terima. Dengan upah yang kebanyakan dibawah UMR para perawat tersebut menjalani hari-harinya. Padahal biaya yang mereka keluarkan untuk mengikuti pendidikan Perawat tidaklah sedikit, Sangat tidak sebanding dengan gaji yang mereka peroleh.

Hal ini tentu saja sangat memprihatinkan, bagaimana mungkin perawat dapat dengan maksimal merawat pasien yang sakit jika kesejahteraan mereka saja tidak diperhatikan.

Permasalahan ini adalah salah satu contoh tantangan bagi pihak Pemerintah untuk mewujudkan kesempatan kerja yang seluas-luasnya bagi rakyat Indonesia, khususnya Perawat sebagai tenaga professional yang berhubungan langsung kepada manusia dalam upaya meningkatkan target Indonesia sehat 2011.


Sent by : firman_pertama@yahoo.com